Minggu, 08 Mei 2011

kewirausha an

Pengertian Kewirausahaan




Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan



meruapakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersaahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya. Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu-ke waktu, hari demi hari, minggu demi minggi selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasi lah semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya.



Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam emnjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, msaayarakat , bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan bangsa dan Negara lainnya. Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan between taker atau go between. Pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seseorang actor yang memimpin proyek produksi, Konsep wirausaha secara lengkap dikemukakan oleh Josep Schumpeter, yaitu sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak berbeda.



Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”.



Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.



Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13), yaitu :



1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).



2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).



3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).



4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).



5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.



6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.



Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.



Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997)







Sejalan dengan pendapat di atas, Salim Siagian (1999) mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.”



KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN



1. Motif Berprestasi Tinggi



Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan, sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualiazation needs). Menurut Teori Herzberg, ada dua faktor motivasi, yaitu:







Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34)



1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.



2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.



3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.



4. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.



5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fiftyfifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.



Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti to move atau menggerakkan, (Steers and Porter, 1991:5), sedangkan Suriasumantri (hal.92) berpendapat, motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang. Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan. Motif menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan menguatkan perilaku seseorang. Secara umum motif sama dengan drive.



Beck (1990: 19), berdasarkan pendekatan regulatoris, menyatakan “drive” sama seperti sebuah kendaraan yang mempunyai suatu mekanisme untuk membawa dan mengarahkan perilaku seseorang.



Sejalan dengan itu, berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler, 1991: 452) ada dua lokus penyebab seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab instrinsik mencakup (1) kemampuan, (2) usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti kelelahan dan kesehatan. Lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya tugas, (2) nasib baik (keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain. Motivasi berprestasi mengandung dua aspek, yaitu (1) mencirikan ketahanan dan suatu ketakutan akan kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang berguna dan mengharapkan akan keberhasilan (McClelland, 1976: 74-75).



Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.



Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator dalam motivasi berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan suasana hati (kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan atau daya dorong yang ada dalam diri yang mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi belajar yang diharapkan.



2. Selalu Perspektif



Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.



Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.



2. Selalu Perspektif



Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.



Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.



3 Memiliki Kreatifitas Tinggi



Menurut Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh karena itu enurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana (2003 : 24) dengan judul buku “Entrepreneurship And The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persolan-persolan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (inovation isthe ability to apply creative solutions to those problems ang opportunities to enhance or to enrich people’s live). “Sometimes creativity involves generating something from nothing. However, creativity is more likely to result in colaborating on the present, in putting old things together in the new ways, or in taking something away to create something simpler or better”. Dari definisi diatas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu :



1. Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.



2. Hasil kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.



3. menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.



Menurut Zimmerer(1996:7), “creativity ideas often arise when entrepreuneurs look at something old and think something new or different”. Ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah nenciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Rahasia kewirausahaan adalah dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi tiap hari (applying creativity and inovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face every day). Berinisiatif ialah mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah itu melahirkan inovasi. Menurut Zimmerer ada tujuh langkah proses berpikir kreatif dalam kewirausahaan, yaitu:



Tahap 1: Persiapan (Preparation)



Tahap 2: Penyelidikan (Investigation)



Tahap 3: Transformasi (Transpormation)



Tahap 4: Penetasan (Incubation)



Tahap 5: Penerangan (Illumination)



Tahap 6: Pengujian (Verification)



Tahap 7: Implementasi (Implementation)



4 Memiliki Perilaku Inovatif Tinggi



Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang, karena setiap orang dalam belajar berwirausaha. Menurut Poppy King, wirausaha muda dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama, obstacle (hambatan); kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang. Mengapa? cukup banyak alasan untuk mengatakan hal itu. Pertama, setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan semacam “intuisi” yang mendorong manusia normal untuk bekerja dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif. Karena manusia merupakan satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia dapat mencari jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti: Dari manakah aku berasal? Dimanakah aku saat ini? Dan kemanakah aku akan pergi? Serta apakah yang akan aku wariskan kepada dunia ini?



Dalam buku Berwirausaha Dari Nol telah dapat disampaikan bahwa mereka:



1. digerakkan oleh ide dan impian,



2. lebih mengandalkan kreativitas,



3. menunjukkan keberanian,



4. percaya pada hoki, tapi lebih percaya pada usaha nyata,



5. melihat masalah sebagai peluang,



6. memilih usaha sesuai hobi dan minat,



7. mulai dengan modal seadanya,



8. senang mencoba hal baru,



9. selalu bangkit dari kegagalan, dan



10. tak mengandalkan gelar akademis.



Sepuluh kiat sukses itu pada dasarnya sederhana, tidak memerlukan orang-orang yang luar biasa. Orang dengan IQ tinggi, sedang, sampai rendah dapat (belajar) melakukannya.



5. Selalu Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab



Seorang wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya



dan tekad yang bulat didalam mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang akan digelutinya, didalam menjalankan usaha tersebut



seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu



dan menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya,



ia tidak setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko,



bekerja keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada



dipasar. Tanpa usaha yang sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang



digelutinya maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan



kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang



wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.



6 Mandiri atau Tidak Ketergantuangan



Sesuai dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan



untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and



different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk



menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka



seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif didalam



mengembangkangkan ide dan pikiranya terutama didalam menciptakan



peluang usaha didalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha



yang digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang



wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru



dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya,



mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,



menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru



yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan



menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.



7 Berani Menghadapi Risiko



Richard Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah



entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah



seseorang yang menanggung risiko. Wirausaha dalam mengambil



tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan



yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena



sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil



risiko yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan



tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung



komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari



peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan



objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran



kegiatannya (Suryana, 2003 : 14-15).



Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan



salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau



mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S.



Bajaro, “seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang



yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang



baik” (Yuyun Wirasasmita, dalam Suryana, 2003 : 21). Wirausaha adalah



orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk



lebih mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang



menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang



terlalu rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk menanggung risiko



yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh



dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila



berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis. Wirausaha



menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan



menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.



8 Selalu Mencari Peluang



Esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap



peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau



pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang



etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk



merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga



menampung wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan



secara etis serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang



mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan



pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.



9 Memiliki Jiwa Kepemimpinan



Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat



kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil



berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol. Debgan menggunakan



kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan



jasa-jasa yang dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada



dipasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi pelopor yang baik dalam proses produksi maupun



prmasaran. Ia selalu memamfaatkan perbedaan sebagai suatu yang



menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi sesorang yang memiliki jiwa



kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan



nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk



menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Leadership



Ability adalah kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang



berhasil memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa



kekuatan (power), seorang pemimpin harus memiliki taktik mediator dan



negotiator daripada diktaktor.



Semangat, perilaku dan kemampuan wirausaha tentunya



bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan



menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal, Wirausaha tangguh,



Wirausaha unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya lebih



menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta



mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya secara



efisien lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha



yang perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi



serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim disebut Innovative



Entrepreneur.



10 Memiliki Kemampuan Manajerial



Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang



wirausaha adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang



digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan



usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha



dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan



mengintergrasikan operasi perusahaanya yang kesemuanya itu adalah



merupakan kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu semua maka bukan keberhasilan yang diperoleh



tetapi kegagalan uasaha yang diperoleh.



11 Memiliki Kerampilan Personal



Wirausahawan Andal. Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri



dan cara-cara sebagai berikut:



Pertama Percaya diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari



penghasilan dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.



Kedua, mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang



menguntungkan dan memanfaatkan peluang tersebut.



Ketiga, mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan



barang dan jasa yang lebih tepat dan effisien.



Keempat, mau dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan



musyawarah dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.



Kelima, menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana,



jujur, hemat, dan disiplin.



Keenam, mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara



lugas dan tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginnya.



Ketujuh, mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan



kapasitas perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain



(leadership/ managerialship) serta melakukan perluasan dan



pengembangan usaha dgn resiko yang moderat.



Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kegagalan Wirausaha



Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa



faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha



barunya:



1. Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak



memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha



merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan



kurang berhasil.



2. Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan



mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia,



maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.



3. Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat



berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan



adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan



penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas



akan menghambat operasional perusahan dan mengakibatkan



perusahaan tidak lancar.



4. Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari



suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan



mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.



5. Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis



merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar



beroperasi karena kurang efisien.



6. kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya



dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat



mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.



7. Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang



setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha



yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah



hati, kemungkinan gagal menjadi besar.



8. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi



kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan



melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil.



Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila



berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan



setiap waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar